Film Bebas Yang Di Sutradarai Oleh Riri Riza,Yang Di Launching Pada Tanggal 03 Oktober 2019,Menceritakan Tentang Remaja SMA Pindahan Dari Salah Satu Kota Di Jawa Barat.
Film Ini Sudah Di Tonton Oleh 2 Jutaan Orang Lebih.
Persahabatan di masa sekolah memang tidak ada duanya. Hal-hal menyenangkan, sedih, canda-tawa semuanya jadi satu paket komplit. Tidak ada mesin dan ruang waktu yang bisa mengembalikan semua itu. Miles Film melalui sutradara Riri Riza dan Produser Mira Lesmana kini melakukan di film berjudul Bebas .
Selalu ada yang baru dan selalu ada yang lama. Kehidupan Vina (Maizura), sebagai remaja putri yang baru pindah sekolah terkenang dengan masa-masa menyenangkan di Sumedang. Sebuah tempat yang jauh dari keriuhan ibukota, tempat ia bersekolah sekarang.
Polos lugu yang menggemaskan adalah gaya Vina. Maklum, datang dari tempat yang tidak biasa menuju tempat baru pasti akan penuh dengan kontradiksi. Tak ada geng-gengan. Tak ada nongkrong di pusat pengeluaran dan lain-lain.
Namun, di sini, Vina mulai menemukan hal-hal baru. Bermula, terus dirundung sebagai gadis polos dan lugu, Vina kemudian bertemu dengan Kris (Sheryl Sheinafia), yang tak pernah sepolos Vina. Namun, kerap dirundung teman-teman sekolahnya.
Ah , bukan hanya Kris. Masih ada Suci (Lutesha), yang tampil bak sekolah idola. Selalu dipuja, dipetrus, begitu istilah masa kini. Geng Bebas juga punya Jojo (Baskara Mahendra) yang kalau ngomong selalu seblak. Lidahnya tajam. Tak ada yang tak nyelekit kalau Jojo sudah ngomong. Jessica dengan segala gayanya yang memang sesuai dengan remaja di masa itu, dan satu lagi, Gina (Zulfa Maharani) yang super jutek super.
Pertemuan antara Vina dan teman-teman barunya memang terkesan klise dan receh. Namun, dari sinilah semuanya dimulai. Perjalanan kisah cinta dan persahabatan. Sebuah kisah nostalgia yang selama ini disimpan dan dipendam saja. Dibiarkan senyap.
Sampai pada akhirnya, mereka bertemu lagi. Bukan hanya mengundang nostalgia, namun mengurai kisah-kisah klasik yang sebelumnya ditangkap. Sekali lagi, tayang di bioskop mulai tanggal 3 Oktober 2019 di seluruh bioskop Indonesia.
Apa yang paling menyenangkan dalam setiap film yang digarap oleh Mirles? Karakter yang sangat kuat. Sedikit kembali ke masa lalu, karakter para remaja yang mengisahkan cinta dan persahabatan, dapatlah melihat kembali film Ada Apa dengan Cinta yang pertama dan yang kedua.
Karakter Cinta dan Rangga saja misalnya. Begitu sangat-sangat kuat dan ilustrasi bagaimana kehidupan remaja di masa lalu. Pun, tak kalah apiknya, karakter tampil baik kompilasi diceritakan sudah dewasa.
Lalu bagaimana dengan film Bebas ? Ini yang kembali menjadi kekuatan filmnya. Tak hanya berhasil mengusung film cerita adaptasi dari Korea, namun, kekuatan karakter ini menjadi kunci di sepanjang film.
Nama-nama seperti Sheryl Sheinafia, Maizura, Agatha Pricilla, Lutesha, Zulfa Maharani, Baskara Mahendra mungkin belum terlalu dikenal. Namun, inilah tangan dingin dari Mirles yang mampu menciptakan karakter yang kuat pada nama-nama pemeran film Bebas yang masih muda.
Sementara itu, Marsha Timothy, Susan Bachtiar, Indi Barends, Widi Mulia adalah nama-nama yang mulai beken di era 90 - an . Kini ibaratnya, mereka sudah jadi emak-emak. Namun, lagi-lagi para senior ini dapat memainkan peran Vina, Kris, Jessica, Suci dan Gina yang sudah dewasa juga dengan sangat baik. Belum terlupa, ada Baim Wong yang terpilih sebagai Jojo yang sudah dewasa juga cukup bagus di film ini.
Beberapa bagian film ini terasa canggung. Namun, tertutup karena plot ceritanya juga disajkan dengan baik, dua cerita dengan timeline yang berbeda mampu tertata dengan baik. Hampir semua pemain-pemainnya tampil dengan sangat baik. Sedikit tambahan, karkaterisasi masing-masing pemeran Vina, Kris, Jessica, Suci dan Gina yang masih remaja pun disesuaikan dengan fakta dari kehidupan nyata.
Misalnya maizura. Ia memang pendatang di kota Jakarta. Maklum Maizura adalah remaja yang datang dari Makassar dan pindah ke Jakarta. Sementara itu, masih ada Agatha Pricilia yang selalu heboh sendiri. Sisanya, siap-siap larut dalam nostalgia dan kamu bisa mengeluarkan celetukan " eh , gue dulu kayak gini."
Tak ada ceriwisan di media sosial Twitter. Tak ada aksi sosial atau pake kutipan-kutipan bijak yang kemudian di posting lewat Instagram. Masa sekolah di era '90 -an memang tak ada yang begini. Kongkow adalah senjata utama untuk memperbarui informasi terbaru atau mengkritik hal-hal yang sudah mulai merusak tatanan sosial. Memicu konflik atau menambah teman. Lepaskan, dan bebas. Gagasan ini dituangkan dengan baik oleh Mirles melalui Bebas.
Gambaran ini dialihkan di dalam film Bebas yang direvisi masa sekolah di tahun '90 -an. Menonton film ini akan membawa kita berbicara atau membahas yang saling bertatap muka merupakan cara terbaik untuk memahami dan saling memahami di antara begitu banyak perbedaan yang terjadi.
Geng Bebas melakukan itu. Jangan bohong jika kamu yang bersekolah di masa-masa yang tidak menerima semua ini. Melalui film ini kamu akan menggali dengan masa-masa nostalgia dimana kamu bisa berkomunikasi, gelisah, saling curhat atau berseteru tanpa komunikasi perangkat gawai.
Momentum yang tidak hanya dibawa membawa historia masa lalu. Masa-masa sekolah di SMA adalah tentang bagaimana memahami tentang cinta monyet, atau berseteru dengan kelompok yang tidak kita sukai. Geng Bebas adalah cara mereka mengundang penonton bernostalgia dalam senyap. Haru dan rindu menjadi satu. Mungkin, setelah ini kamu akan kembali membuka halaman Facebook dan mencari teman-teman di masa sekolah. Atau, membuka kembali grup WhatsApp yang berisikan teman-teman di masa depan sekolah dan meluncurkankan āKuyā.
Adaptasi dari film Korea berjudul Suny, Bebas punya gayanya sendiri. Selain kekuatan karakter yang dimainkan dengan apik oleh masing-masing pemeran, film ini berusaha mengenyampingkan kekuatan film-film Korea. Suasana yang Indonesia dihidupkan di film ini.
Kehidupan para remaja di masa lalu memang hanya bisa diceritakan dikala reunian. Namun, di film ini visualisasi bagaimana kehidupan remaja Indonesia di masa itu mampu diciptakan dengan sangat baik. Hal-hal detail seperti kepolosan, cuek , kegilaan, dan benar-benar bebas, sebebas-bebasnya.
Baik. Saya sudah tidak bisa melepaskan bagaiaman merasa bebas di masa itu. Bayangkan saja, kamu mendengarkan lagu-lagu Andre Hehanusa, Iwa.K Dewa 19. Plus , beberapa lagu-lagu hits lainnya yang akan membuat kamu benar-benar hidup dalam momentum masa lalu. Tren mode pada remaja di era '90 -an? Jauh lebih edgy dan berseni daripada yang kamu lihat di foto-foto Instagram masa kini?
Film Ini Sudah Di Tonton Oleh 2 Jutaan Orang Lebih.
Persahabatan di masa sekolah memang tidak ada duanya. Hal-hal menyenangkan, sedih, canda-tawa semuanya jadi satu paket komplit. Tidak ada mesin dan ruang waktu yang bisa mengembalikan semua itu. Miles Film melalui sutradara Riri Riza dan Produser Mira Lesmana kini melakukan di film berjudul Bebas .
Selalu ada yang baru dan selalu ada yang lama. Kehidupan Vina (Maizura), sebagai remaja putri yang baru pindah sekolah terkenang dengan masa-masa menyenangkan di Sumedang. Sebuah tempat yang jauh dari keriuhan ibukota, tempat ia bersekolah sekarang.
Polos lugu yang menggemaskan adalah gaya Vina. Maklum, datang dari tempat yang tidak biasa menuju tempat baru pasti akan penuh dengan kontradiksi. Tak ada geng-gengan. Tak ada nongkrong di pusat pengeluaran dan lain-lain.
Namun, di sini, Vina mulai menemukan hal-hal baru. Bermula, terus dirundung sebagai gadis polos dan lugu, Vina kemudian bertemu dengan Kris (Sheryl Sheinafia), yang tak pernah sepolos Vina. Namun, kerap dirundung teman-teman sekolahnya.
Ah , bukan hanya Kris. Masih ada Suci (Lutesha), yang tampil bak sekolah idola. Selalu dipuja, dipetrus, begitu istilah masa kini. Geng Bebas juga punya Jojo (Baskara Mahendra) yang kalau ngomong selalu seblak. Lidahnya tajam. Tak ada yang tak nyelekit kalau Jojo sudah ngomong. Jessica dengan segala gayanya yang memang sesuai dengan remaja di masa itu, dan satu lagi, Gina (Zulfa Maharani) yang super jutek super.
Pertemuan antara Vina dan teman-teman barunya memang terkesan klise dan receh. Namun, dari sinilah semuanya dimulai. Perjalanan kisah cinta dan persahabatan. Sebuah kisah nostalgia yang selama ini disimpan dan dipendam saja. Dibiarkan senyap.
Sampai pada akhirnya, mereka bertemu lagi. Bukan hanya mengundang nostalgia, namun mengurai kisah-kisah klasik yang sebelumnya ditangkap. Sekali lagi, tayang di bioskop mulai tanggal 3 Oktober 2019 di seluruh bioskop Indonesia.
Apa yang paling menyenangkan dalam setiap film yang digarap oleh Mirles? Karakter yang sangat kuat. Sedikit kembali ke masa lalu, karakter para remaja yang mengisahkan cinta dan persahabatan, dapatlah melihat kembali film Ada Apa dengan Cinta yang pertama dan yang kedua.
Karakter Cinta dan Rangga saja misalnya. Begitu sangat-sangat kuat dan ilustrasi bagaimana kehidupan remaja di masa lalu. Pun, tak kalah apiknya, karakter tampil baik kompilasi diceritakan sudah dewasa.
Lalu bagaimana dengan film Bebas ? Ini yang kembali menjadi kekuatan filmnya. Tak hanya berhasil mengusung film cerita adaptasi dari Korea, namun, kekuatan karakter ini menjadi kunci di sepanjang film.
Nama-nama seperti Sheryl Sheinafia, Maizura, Agatha Pricilla, Lutesha, Zulfa Maharani, Baskara Mahendra mungkin belum terlalu dikenal. Namun, inilah tangan dingin dari Mirles yang mampu menciptakan karakter yang kuat pada nama-nama pemeran film Bebas yang masih muda.
Sementara itu, Marsha Timothy, Susan Bachtiar, Indi Barends, Widi Mulia adalah nama-nama yang mulai beken di era 90 - an . Kini ibaratnya, mereka sudah jadi emak-emak. Namun, lagi-lagi para senior ini dapat memainkan peran Vina, Kris, Jessica, Suci dan Gina yang sudah dewasa juga dengan sangat baik. Belum terlupa, ada Baim Wong yang terpilih sebagai Jojo yang sudah dewasa juga cukup bagus di film ini.
Beberapa bagian film ini terasa canggung. Namun, tertutup karena plot ceritanya juga disajkan dengan baik, dua cerita dengan timeline yang berbeda mampu tertata dengan baik. Hampir semua pemain-pemainnya tampil dengan sangat baik. Sedikit tambahan, karkaterisasi masing-masing pemeran Vina, Kris, Jessica, Suci dan Gina yang masih remaja pun disesuaikan dengan fakta dari kehidupan nyata.
Misalnya maizura. Ia memang pendatang di kota Jakarta. Maklum Maizura adalah remaja yang datang dari Makassar dan pindah ke Jakarta. Sementara itu, masih ada Agatha Pricilia yang selalu heboh sendiri. Sisanya, siap-siap larut dalam nostalgia dan kamu bisa mengeluarkan celetukan " eh , gue dulu kayak gini."
Tak ada ceriwisan di media sosial Twitter. Tak ada aksi sosial atau pake kutipan-kutipan bijak yang kemudian di posting lewat Instagram. Masa sekolah di era '90 -an memang tak ada yang begini. Kongkow adalah senjata utama untuk memperbarui informasi terbaru atau mengkritik hal-hal yang sudah mulai merusak tatanan sosial. Memicu konflik atau menambah teman. Lepaskan, dan bebas. Gagasan ini dituangkan dengan baik oleh Mirles melalui Bebas.
Gambaran ini dialihkan di dalam film Bebas yang direvisi masa sekolah di tahun '90 -an. Menonton film ini akan membawa kita berbicara atau membahas yang saling bertatap muka merupakan cara terbaik untuk memahami dan saling memahami di antara begitu banyak perbedaan yang terjadi.
Geng Bebas melakukan itu. Jangan bohong jika kamu yang bersekolah di masa-masa yang tidak menerima semua ini. Melalui film ini kamu akan menggali dengan masa-masa nostalgia dimana kamu bisa berkomunikasi, gelisah, saling curhat atau berseteru tanpa komunikasi perangkat gawai.
Momentum yang tidak hanya dibawa membawa historia masa lalu. Masa-masa sekolah di SMA adalah tentang bagaimana memahami tentang cinta monyet, atau berseteru dengan kelompok yang tidak kita sukai. Geng Bebas adalah cara mereka mengundang penonton bernostalgia dalam senyap. Haru dan rindu menjadi satu. Mungkin, setelah ini kamu akan kembali membuka halaman Facebook dan mencari teman-teman di masa sekolah. Atau, membuka kembali grup WhatsApp yang berisikan teman-teman di masa depan sekolah dan meluncurkankan āKuyā.
Adaptasi dari film Korea berjudul Suny, Bebas punya gayanya sendiri. Selain kekuatan karakter yang dimainkan dengan apik oleh masing-masing pemeran, film ini berusaha mengenyampingkan kekuatan film-film Korea. Suasana yang Indonesia dihidupkan di film ini.
Kehidupan para remaja di masa lalu memang hanya bisa diceritakan dikala reunian. Namun, di film ini visualisasi bagaimana kehidupan remaja Indonesia di masa itu mampu diciptakan dengan sangat baik. Hal-hal detail seperti kepolosan, cuek , kegilaan, dan benar-benar bebas, sebebas-bebasnya.
Baik. Saya sudah tidak bisa melepaskan bagaiaman merasa bebas di masa itu. Bayangkan saja, kamu mendengarkan lagu-lagu Andre Hehanusa, Iwa.K Dewa 19. Plus , beberapa lagu-lagu hits lainnya yang akan membuat kamu benar-benar hidup dalam momentum masa lalu. Tren mode pada remaja di era '90 -an? Jauh lebih edgy dan berseni daripada yang kamu lihat di foto-foto Instagram masa kini?
Comments
Post a Comment